Klasifikasi
Kerajaan: Animalia
Phylum: Chordata
Kelas:  Aves
Ordo:  Fasseriformes
Famili: Sturnidae
Genus: Leucospar
Species: Leucopsar rothschildi  

                                                                                                                                  IUCN           : Kritis (critically endangred)

                                                                                                                                                                 CITES          : Appendix I

                                                                                                                                                                 INDONESIA : PP. No 7/1999, UU No 5/1990, Permen LHK

                                                                                                                                                                                       106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018

Deskripsi       : Bulu berwarna putih (hampir 90%) dan hanya pada  ujung sayap dan ekornya berwarna hitam. Panjang  tubuh mencapai 25 cm dengan ciri khas memiliki  pelupuk mata berwarna biru tua mengelilingi bola  mata dan dilengkapi jambul (surai) di kepalanya.

Pakan            : serangga, cacing, dan jangkrik. Pakan tambahan di Kebun Binatang berupa buah (pepaya, pisang, juwet, jambu), sayur, kroto, ulat dan pelet

Breeding        : Umur produktif perkembangbiakan antara 2 – 5  tahun, bertelur 2 – 3 butir dierami selama 12 – 14  hari. Curik Bali dikatagorikan satwa Monogami  dengan sex ratio 1 : 1. Bersarang dalam  lubang  pohon dan materi sarang ranting-ranting kecil.

Habitat           : Daerah savana (semak belukar), hutan Mangrove  Satwa 

Penyebaran    : endemik dan ditetapkan sebagai lambang fauna Provinsi Bali. Secara alami ditemukan di area Taman Nasional Bali Barat

Keterangan    : Disebut burung pesolek karena sangat suka  membersihkan badannya.

Morfologi

Salah satu keunikan burung jalak ini adalah bentuk tubuhnya yang menawan serta kicauannya yang indah. Jalak Bali merupakan burung yang telah menjadi maskot fauna Provinsi Bali sejak tahun 1910.

Jalak Bali berbeda dengan Jalak Suren ataupun Jalak Putih, meskipun ketiga jenis jalak tersebut hampir serupa. Masyarakat lokal Bali menamakan burung ini dengan julukan Curik Putih.

Burung Jalak Bali ditemukan oleh ahli burung bernama Dr. Baron Stressman yang berkebangsaan Inggris. Penemuan tersebut kemudian dilanjutkan pada tahun 1925 oleh Dr. Baron Victor Von Plessenn.

Perbedaan mendasar antara Jalak Bali dengan Jalah Putih dan Jalak Suren terletak pada suara kicauan yang dihasilkan. Selain itu, secara fisik Jalak Bali memiliki warna bulu dominan putih kecuali pada bagian sayap dan ekor yang berwarna hitam.

Warna mata burung endemik Balik ini berwarna cokelat tua dan pada area kelopak tidak mempunyai bulu. Kelopaknya berwarna biru dan menjadi keunikan yang tidak dimiliki burung jalak lainnya.

Ukuran tubuh burung ini tidak terlalu besar dan relatif kecil dengan panjang tubuh sekitar 21 cm sampai 25 cm pada burung dewasa. Berat tubuhnya sekitar 107,75 gram. Pada bagian kepala terdapat jambul yang disebut surai dengan bentuk indah.

Surai ini berwarna putih dan dimiliki oleh Jalak Bali jantan serta betina. Jambul tersebut akan terlihat jelas saat burung berkicau, akan tetapi pada saat-saat tertentu juga diperlihatkan meski tidak tengah berkicau.

Kaki Jalak Bali berwarna abu-abu dan struktur anatominya kuat sehingga mampu berdiri tegap dan mencengkeram mangsanya. Jumlah jarinya 3 dengan 1 jari menghadap belakang dan 3 jari menghadap depan.

Bentuk paruh burung ini lancip dan panjangnya sekitar 2 cm sampai 3 cm. Pada bagian atas paruh bentuknya sangat khas dengan peninggian memipih tegak. Sedangkan pada bagian ujung paruh warnanya kuning kecokelatan dan pada bagian rahang berwana abu-abu kehitaman.

Sama seperti burung pada umumnya, burung asli Bali ini berkembang biak dengan cara bertelur. Warna telurnya juga unik, yakni hijau kebiruan, berbentuk oval dan berukuran sekitar 3 cm.

Habitat dan Sebaran

Burung Jalak Bali adalah hewan endemik Pulau Bali yang melengkapi berbagai jenis burung endemik Indonesia lainnya, seperti Burung Cenderawasih asli Papua. Jalak ini paling banyak tersebar di daerah Bubunan-Buleleng hingga ke Gilimanuk.

Habitat asli burung ini sangat terbatas, yaitu di kawasan Taman Nasional Bali Barat, tepatnya di wilayah Semenanjung Tanjung Gelap Pahlengkong dan Prapat Agung. Di habitatnya, jalak endemik Bali ini menyukai tipe ekosistem berupa hutan pantai, hutan mangrove, hutan rawa, hutanan sabana dan hutan musim dataran rendah serta hidup di kawasan dengan ketinggian 210 mdpl sampai 1.144 mdpl.

Selain di daerah Taman Nasional Bali Barat, beberapa ekor burung ini juga dapat dijumpai di kawasan Lampu Merah, Teluk Brumbun, Tegal Bunder, Batu Gondang dan Batu Licin.

Populasi

Burung yang sangat istimewa dan memiliki suara kicauan merdu ini populasinya sangat terancam dan mengarah menuju kepunahan. Hal tersebut dikarenakan habitat alami yang terganggu oleh permukiman masyarakat serta kunjungan wisatawan di Taman Nasional Bali Barat.

Selain itu, burung ini juga menjadi incaran para kolektor untuk dijadikan satwa koleksi. Atas dasar tersebut, banyak pemburu liar yang melakukan penangkapan dan menjualnya dengan harga fantastis.

Burung asli Bali ini mempunyai kebiasaan membuat sarang di tempat terbuka, sehingga juga menjadi faktor yang mengancam jumlah populasi liarnya di alam karena mudah ditemukan oleh pemburu.

Data pada tahun 1910 menunjukkan jumlah burung ini di alam sekitar 500 sampai 900 ekor. Akan tetapi penelitian yang dilaksakan pada tahun 1984 menyatakan terjadi penurunan jumlah yang signifikan dengan perkiraan 125 hingga 180 ekor.

Selanjutnya data pada tahun 2005 dari Mongabay menunjukkan bahwa jumlah burung Jalak Bali di Taman Nasional Bali Barat hanya tersisa 50 ekor dan hal ini menjadi peristiwa yang mengkhawatirkan.

Pada tahun 2019 BKSDA Bali Barat merilisdata bahwa jumlah populasi burung ini di kandang jauh lebih banyak dibanding di alam liar. Menurut data inventarisasi, tercatat hidup 191 ekor Jalak Bali yang ditemukan berdasarkan metode side monitoring.

Perbedaan Jantan dan Betina

Bagi orang awam pasti akan kesulitan membedakan Jalak Bali jantan dan betina, akan tetapi jika dilihat secara seksama maka kita dapat mengidentifikasi melalui ciri-ciri yang dimiliki oleh burung ini. Berikut ini adalah panduan membedakan burung endemik Bali jantan dan betina, yaitu:

  • Kepala
baca juga:  Burung Merpati – Taksonomi, Morfologi, Habitat, Makanan & Reproduksi

Kepala burung betina memiliki ukuran lebih kecil dan pendek jika dibanding burung jantan. Disamping itu, bentuk kepala Jalak Bali betina juga lebih membulat.

  • Jambul

Kita dapat membedakan jantan dan betina burung ini dengan melihat surai diatas kepalanya. Meski keduanya memiliki jambul, akan tetapi jambul burung jantan lebih panjang dibandinkan burung betina.

  • Ukuran Tubuh

Ukuran tubuh jantan dan betina juga berbeda. Burung betina tubuhnya lebih kecil dan ramping dariapda burung jantang. Jalak Bali jantan tubuhnya lebih besar dan kokoh.

Keunikan Jalak Bali

Burung yang menjadi satwa endemik Pulau Dewata Bali ini memiliki keunikan yang tidak sulit ditemukan pada burung di daerah lainnya. Selain fisiknya dan suaranya yang menawan, burung ini memiliki keunikan ketikan mencari makan, yaitu menggunakan paruhnya untung menggali tanah gembur di habitatnya.

Tujuan dari penggalian tanah tersebut adalah mencari makanan berupa cacing, serangga dan larva. Biasanya Jalak Bali mencari makanan di lokasi terbuka seperti permukaan tanah, padang rumput, serta semak-semak. Pola makannya juga cukup unik, yakni hanya makan satu kali dalam sehari.

Dalam mencari makan burung ini melakukannya secara berkelompok, disamping itu Jalak Bali juga membuat formasi saat terbang agar memudahkan mereka menembus angin dan hujan.

Suaranya yang merdu tentu sudah tidak diragukan, kicauannya khas berupa campuran siul yang memiliki jeda nada beberapa saat dan suara lengkingan. Selain itu ada keistimewaan lain yang terletak pada kelopak matanya. Kelopak mata Jalak Bali berwarna biru yang membedakannya dengan burung kebanyakan.

Burung yang hidup berkelompok atau komunal ini akan merubah kebiasaannya ketika telah memasuki musim kawin dan menemukan pasangannya. Jalak Bali jantan dan betina akan hidup berdua dan membuat sarang di pohon dengan ketinggan sekitar 175 cm atau kurang dari 2 meter.

Musim kawin tersebut biasanya terjadi pada bulan basah atau musim penghujan antara November hingga Mei. Setelah melakukan perkawinan, burung betina akan menghasilkan telur berbentu oval memanjang dan berwarna biru. Proses pengeraman memerlukan waktu 17 hingga telur menetas.